HAMBATAN DALAM BELAJAR
Belajar adalah kebutuhan dasar bagi seorang manusia. Seorang manusia
yang baik, tentunya akan selalu belajar setiap saat. Tetapi sayangnya,
belajar bagi sebagian dari kita adalah sesuatu hal yang berat. Pada
artikel ini akan dijelaskan beberapa hal yang menyebabkan belajar
menjadi sesuatu yang berat. Belajar yang dimaksud dalam artikel ini
adalah belajar untuk kepentingan akademik, walaupun beberapa alasan
berkaitan dengan alasan umum mengenai keengganan belajar.
Banyak hal yang dapat menghambat belajar, sehingga terkesan belajar
adalah sesuatu yang berat dan belajar adalah hal yang tidak
menyenangkan, atau bahkan merasa tertekan ketika harus belajar. Apa
sebenarnya yang membuat belajar menjadi momok bagi sebagian orang?
Bukankah seharusnya belajar adalah sesuatu yang menyenangkan? Bagaimana
agar belajar menjadi suatu kebutuhan dan merasa nyaman dengan belajar?
Banyak hal yang bisa kita gali dari pertanyaan, hambatan-hambatan apa
saja yang menyebabkan belajar menjadi momok bagi sebagain orang? Alasan
apa yang mengakibatkan belajar adalah suatu hal yang berat? Ketika
dihadapkan dengan pertanyaan ini, akan timbul beberapa ide, yang
sebenarnya alasan mengapa kita enggan belajar. Di bawah ini akan
dijelaskan beberapa hambatan umum dalam belajar bagi sebagian orang.
Hambatan belajar yang mengakibatkan belajar adalah sesuatu yang berat
boleh jadi berasal dari diri si pembelajar, hambatan ini kemudian
disebut sebagai hambatan internal. Dan boleh jadi, hambatan belajar yang
mengakibatkan belajar adalah sesuatu yang berat berasal dari lingkungan
tempat si pembelelajar atau dari luar diri si pembelajar, hal ini
kemudian disebut sebagai hambatan eksternal.
Hambatan internal adalah faktor-faktor yang menyebabkan belajar adalah sesuatu yang berat yang berasal dari dalam pembelajar.
Pertama adalah kondisi psikologis saat Anda belajar.
Saat Anda belajar, seharusnya Anda berada dalam keadaan yang rileks dan
siap menerima materi pelajaran. Kondisi ini diibaratkan sebuah gelas
kosong siap diisi air. Gelas kosong tersebut tentunya dalam keadaan
tidak terbalik. Jika gelas kosong dalam keadaan terbalik, maka air yang
dikucurkan tidak pernah akan masuk ke dalam gelas. Kondisi gelas yang
benar diibaratkan konsidi psikologis Anda yang siap belajar, siap
menerima kucuran ilmu. Sedangkan kondisi gelas yang terbalik itu
diibaratkan kondisi ketika Anda tidak siap belajar, dan Anda tidak akan
mendapatkan ilmu ketika Anda paksakan belajar.
Kedua, kejenuhan belajar. Pernahkan Anda merasakan
kejenuhan dalam belajar? Apa yang Anda rasakan ketika Anda dalam keadaan
jenuh dan dipaksakan untuk belajar? Apakah materi yang Anda pelajari
Anda fahami? Lalu sebenarnya apa sih jenuh dalam belajar itu? Bagaimana
cara menguranginya atau bahkan menghilang kejenuhan dalam belajar?
Jenuh dalam belajar berarti belajar dalam waktu tertentu tetapi tidak
mendatangkan hasil. Anda membaca, tetapi Anda tidak memahami apa yang
Anda baca. Anda mendengar, tetapi pendengaran Anda hanya sebatas
mendengar saja, tidak merekam, masuk kiri keluar kanan. Singkatnya,
ketika Anda dalam keadaan jenuh, akan sangat sulit untuk mencapai
kondisi konsentrasi, artinya tidak ada kerjasama yang baik antara indra
yang terlibat dalam belajar dengan otak.
Muhibbin Syah dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar
menyatakan bahwa “penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan
yang melanda si pembelajar, karena keletihan dapat menjadi penyebab
munculnya perasaan bosan pada pembelajar yang bersangkutan”. Menghindari
keletihan adalah hal yang paling disarankan, agar ketika Anda belajar,
berada pada kondisi yang benar-benar siap belajar. Kemudian jika
keletihan telah melanda Anda, apa yang harus dilakukan atau jika hal itu
belum muncul, apa yang bisa dilakukan untuk menghindarinya. Pada buku
yang sama Muhibbin Syah menyarankan beberapa kiat yang dapat dilakukan,
yaitu :
- melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan mimuman yang bergizi dengan takaran yang lebih.
- penjadwalan ulang kegiatan rutin Anda.
- pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar.
Ketiga, tidak menyenangi subjek yang sedang
dipelajari. Ketika Anda hendak mempelajari sesuatu, maka perasaan senang
dululah yang terlebih dahulu Anda munculkan terhadap subjek yang akan
dipelajari. Ketika muncul rasa tidak senang dalam diri Anda untuk
mempelajari sesuatu, maka secara tidak sadar Anda telah menggerakkan
otak Anda untuk menolak segala sesuatu yang berkaitan dengan subjek yang
akan Anda pelajari.
Keempat, Tidak mengetahui manfaat yang sedang
dipelajari. Setelah Anda menyenangi suatu pelajaran, maka tidak berhenti
disitu saja. Jika Anda berpatokan ketika Anda menyenangi suatu
pelajaran, maka Anda tidak akan merasa kesulitan dalam belajar, Anda
salah total. Setelah Anda menyenanginya, Anda harus mencari tahu apa
manfaat mempelajari suatu materi pelajaran untuk diri Anda. Tanyakan
pada diri Anda pertanyaan-pertanyaan berikut. Apa yang akan saya
dapatkan jika saya mempelajari ini? Apakah pengetahuan yang saya
dapatkan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari? Buat sebanyak mungkin
kemungkinan jawaban, semakin banyak jawaban yang Anda buat, maka akan
semakin membangkitkan motivasi dalam diri Anda.
Kelima, tingkat Intelektualitas. Faktor ini
sebenarnya tidak mutlak menjadi hambat belajar. Semua manusia dilahirkan
dengan membawa sebuah senjata berfikir yang sangat dasyat, otak.
Tingkat intelektualitas bisa ditingkatkan dengan berbagai macam cara.
Tinggal niatnya saja. Satu hal yang harus Anda ingat, bahwa dengan
rajin, maka hambatan yang satu ini dapat dengan mudah untuk dienyahkan.
Gangguan-gangguan yang berasal dari luar individu si pembelajar dalam
proses belajar disebut hambatan eksternal. Hambatan-hambatan ini sebisa
mungkin dihindarkan atau setidaknya diminimalisir, sehingga proses
belajar dalam berjalan dengan baik.
Pertama, Faktor lingkungan, berupa lingkungan
keluarga, masyarakat dan sekolah. Karakter Anda akan dibentuk oleh
lingkungan, bukan oleh faktor genetis. Walaupun berperan, faktor
genetis, persentasinya cukup kecil untuk membentuk karakter Anda.
Lingkungan yang pertama kali Anda kenal dalam kehidupan Anda adalah
lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluargalah, waktu kecil Anda
habiskan. Jika kita kalkulasi jumlah waktu yang Anda habiskan dalam
lingkungan keluarga, ternyata menempati porsi yang cukup besar. Jika
lingkungan keluarga tidak kondusif untuk belajar, maka akan menjadi
ancaman untuk kelangsungan prestasi akademik Anda. Banyak hal yang
menyebabkan lingkungan keluarga menjadi tidak kondusif, diantara,
orangtua yang kurang akur, perlakukan orangtua yang kurang bijak,
suasana rumah yang terlalu gaduh karena banyaknya penghuni rumah dan
banyak masalah lain yang menyebabkan Anda kesulitan belajar di
lingkungan keluarga (rumah). Salah satu solusinya adalah, ketika Anda
hendak belajar, sebaiknya Anda mencari tempat lain yang mendukung untuk
belajar, misalnya jika disekitar rumah Anda terdapat masjid, Anda bisa
gunakan salah satu sudut masjid untuk belajar, atau Anda bisa pergi ke
perpustakaan daerah di kota Anda, atau Anda bisa ‘nebeng’ di rumah
sabahat Anda, sekaligus Anda akan mendapatkan teman diskusi. Niscaya
tempat-tempat tersebut akan lebih baik.
Lingkungan yang selanjutnya adalah lingkungan masyarakat. Dalam
lingkungan inilah Anda berinteraksi lebih luas. Dalam lingkungan inilah
Anda bergaul dengan teman-teman sebaya Anda. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi belajar Anda adalah lingkungan itu sendiri dan teman-teman
Anda. Lingkungan yang selalu bersih, tentunya berbeda dengan lingkungan
yang kumuh. Anda akan nyaman dimana? Tentunya akan lebih nyaman jika
berada di lingkungan yang bersih. Ini akan mempengaruhi kondisi
psikologis Anda ketika melakukan sesuatu, termasuk belajar. Teman-teman
Anda turut andil dalam membentuk karakter Anda. Jika Anda berteman
dengan ‘berandalan’ maka Anda lambat laun menjadi seperti mereka. Tetapi
sebaliknya jika Anda berteman dengan orang-orang yang selalu mendorong
Anda untuk menjadi lebih baik, maka lambat laun Anda akan menjadi
seperti mereka. Jadi berhati-hatilah memilih teman. Sekedar kenal tidak
mengapa, tetapi jika harus sampai menjadi bagian dari mereka, pikirkan
dahulu baik buruknya.
Lingkungan sekolah yang kurang baik juga akan mengakibatkan belajar
menjadi sesuatu yang berat. Lingkungan sekolah yang dekat dengan pasar,
terminal atau fasilitas umum lainnya yang banyak mengundang massa akan
mengganggu kegiatan belajar. Selain itu kondisi bangunan yang rusak,
akan membagi konsentrasi Anda ketika belajar. Faktor kualitas alat
peraga –laboratorium– setidaknya untuk beberapa mata pelajaran adalah
hal yang sangat penting.
Kedua, Guru yang kurang baik. Perlu dijelaskan
disini, bahwa guru yang baik adalah bukan guru yang jenius. Anda mungkin
pernah mendapatkan seorang guru yang katanya terlalu pintar, sehingga
ketika Anda mengikuti pelajarannya yang terjadi adalah bingung, karena
sang guru hanya berbicara dengan papan tulis. Bukan seperti itu guru
yang baik. Guru yang baik justru guru yang dapat mentransferkan ilmu
yang dimilikikan kepada Anda sebagai anak didiknya. Mentransferkan ilmu
yang saya maksud adalah beliau mempunyai kemampuan untuk membuat anak
didiknya menjadi paham terhadap subjek yang sedang dipelajari.
Ada sebagian siswa yang mendefinisikan guru yang baik adalah guru
yang dengan mudah memberi nilai bagus kepada siswanya. Ini jelas keliru,
jika hal ini terjadi, maka sang guru telah menodai kesucian pendidikan.
Nilai hanya sebuah ukuran, dan nilai itu ditentukan oleh Anda sebagai
siswa bukan oleh guru. Tugas guru hanya mengolah nilai bukan menentukan
nilai. Jadi jika ingin mendapatkan nilai bagus untuk nilai raport Anda,
maka berjuanglah untuk mendapatkan nilai bagus disetiap ujian.
Selain itu juga kondisi emosional guru, akan mempengaruhi berat
tidaknya belajar yang Anda lakukan. Ada guru yang –oleh sebagian siswa
diistilahkan dengan guru ‘killer’. Jika Anda mendapatkan guru yang
demikian, ini akan mengakibatkan Anda enggan untuk berurusan dengannya.
Dan akibatnya Anda akan cari aman. Belajar dengan guru seperti ini ada
untung dan ada ruginya. Keuntungannya, walaupun terkadang Anda tidak
merasakannya adalah Anda akan terpacu belajarnya, karena takut berurusan
dengannya. Sedangkan kerugiannya adalah suasana belajar di kelas yang
tegang. Untuk menghadapi hal-hal demikian, berpikir positiflah. Sebab
tidak semua guru berkelakuan demikian, hanya beberapa saja. Jika Anda
mendapatkan guru demikian, lihat sisi positifnya saja, jangan diambil
pusing.
Ketiga, tidak ada bahan (materi) yang memadai. Bahan
atau materi yang akan dipelajari mutlak harus tersedia. Bahan atau
materi bisa didapatkan dari berbagai sumber, misalnya buku, media masa,
halaman web ataupun dari pakar yang berkompeten dalam subjek yang akan
Anda pelajari. Ketiadaan sumber materi akan menghambat proses belajar
Anda.
Keempat, tingkat kesukaran subjek yang dipelajari.
Pernahkan Anda berpikir, bahwa ketika Anda duduk di bangku SD merasa
kesulitan untuk mempelajari suatu mata pelajaran. Sekarang, buka kembali
catatan tentang subjek yang dulu Anda pelajari itu, dan pelajarilah.
Bagaimana? Masih merasa kesulitan. Saya kira Anda akan mengatakan bahwa
itu adalah hal yang cukup mudah.
Tingkat kesukaran subjek yang Anda pelajari ternyata adalah hal
relatif. Maksudnya, jika menurut Anda hal itu adalah sesuatu yang sulit,
rumit, memusingkan, maka menurut teman Anda mungkin itu adalah sesuatu
yang mudah dan sederhana.
Jika suatu materi pelajaran yang menurut Anda sulit, tentunya hal ini
Anda simpulkan setelah Anda mati-matian mempelajarinya, maka segera
lakukan diskusi dengan teman, guru atau siapapun yang bisa Anda ajak
diskusi guna memecahkan kebuntuan yang ada.
Kelima, faktor ekonomi. Banyak saudara kita yang
terhimpit beban ekonomi yang kian mencekik, dengan terpaksa mengorbankan
belajar untuk membantu orang tua. Banyak kita saksikan, mereka yang
kekurangan dalam hal ekonomi mempunyai semangat belajar yang sangat
tinggi. Ini seharusnya menjadi pelajaran bagi Anda yang hidup
berkecukupan. Jangan sia-siakan setiap kesempatan belajar yang ada. Apa
yang akan Anda lakukan jika Anda berada dalam posisi mereka?